PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
BUAH - BUAHAN
AMINA 1533010004
MA'FAZA R. FEBRIANA 1533010021
FEBRIAN L. HANGKAYA 1533010034
MAGRITIYA DHIARTI 1533010036
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
UPN "VETERAN" JAWA TIMUR
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Apel adalah salah satu kekayaan hayati
Indonesia yang tumbuh dan berbuah baik di daerahdataran tinggi. Apel pertama
kali diintroduksi oleh bangsa Eropa pada masa kolonialisasi, dan saat inidapat
dikatakan telah ternaturalisasi menjadi tanaman apel tropis. Pertanian apel
terdapat di daerah JawaTimur, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.Sentra pertanian apel Jawa Timur salah
satunya ada di wilayah Malang tepatnya Batu, sehingga menjadikanMalang dikenal
sebagai kota apel.
Kota Batu merupakan kota
yang memiliki hasil pertanian yang melimpah. Hasil pertanian yang banyak
dihasilkan di Kota Batu berupa sayur dan buah. Salah satu buah-buahan yang
melimpah di Kota Batu adalah buah apel. Berdasarkan dokumen Kota Batu dalam
Angka tingkat panen apel di Kota Batu mencapai 17.050 ton per hektarnya yang
berarti memiliki tingkat panen yang tinggi.Terdapat banyak varietas buah apel
yang dijual di Kota Batu, namun hanya beberapa saja yang dikenal oleh
masyarakat. Beberapa varietas yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah
Varietas Manalagi, Varietas Anna, dan Varietas Romebeauty.
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang
berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Apel pada dasarnya
dapat beradaptasi pada bermacam-macam iklim, tetapi pertumbuhan yang baik
adalah pada daerah temperate yang dingin pada latitude 35-50°. Pada kawasan
dengan empat musim, pembungaan serentak (blossom) secara simultan
terjadi pada musim semi. Apel diketahui
sangat dipengaruhi musim. Saat musim dingin, apel akan dorman dan baru
melakukan pembungaan besar-besaran (blossom) pada musim semi. Apel
mencapai kematangan buah sekitar 120-150 hari setelah pembungaan, dan beberapa
jenis dapat mencapai kematangan pada umur 180 hari. Temperatur diketahui sangat
berperan dalam produksi apel. Temperatur mempengaruhi penampakan buah (ukuran,
warna), tekstur, dan ketahanan penyimpanan pasca panen. Kondisi iklim, meliputi
panjang hari dan temperatur, serta kesediaan air adalah signal penting dalam
siklus hidup apel. Dengan demikian, budidaya apel sangat tergantung dengan
kondisi lingkungan tempat budidaya.
Di Indonesia apel telah ditanam sejak
tahun 1934 hingga saat ini. Buah Apel mempunyai bentuk bulat sampai lonjong
bagian pucuk buah berlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah
kasar dan renggang, tetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Warna buah
hijau kemerah-merahan, hijau kekuning-kuningan, hijau berbintik-bintik, merah
tua dan sebagainya sesuai dengan varietas.Di Indonesia beredar dua jenis apel,
yaitu apel impor maupun apel lokal. Terdapat empat varietas apel yang
dikembangkan oleh petani, yaitu Manalagi, Anna, Rome beauty, dan Wangling.
Citarasa, aroma maupun tekstur apel sebenarnya dihasilkan kurang dari 230
komponen kimia serta beragam asam seperti asam asetat, asam format dan 20 jenis
asam lain.
1.2
Tujuan
- Untuk mengetahui sifat fisik dan struktur dari buah apel serta pemanfaatannya.
- Untuk mengetahui macam - macam jenis buah apel dan ciri-cirinya.
- Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam buah apel.
- Untuk mengetahui reaksi browning pada buah apel.
- Untuk mengetahui pemanfaatan buah apel.
1.3
Manfaat
Dapat mengetahui semua hal yang ada
pada apel yang meliputi sifat fisik , struktur, reaksi browning dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Apel
Secara Umum
Apel merupakan buah yang
populer dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Buah apel (Pyrus malus sylvestris Mill) telah lama dikenal sebagai
buah yang memiliki banyak khasiat sebagai obat, salah satunya sebagai anti
diare. Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair, dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, yaitu lebih dari
200 ml/24 jam.
Apel merupakan salah satu
buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Rata
- rata konsumsi apel di Indonesia hingga 1,1 kg
perkapita pertahun menurut Badan Pusat Statistik tahun 2006.
Buah apel adalah buah yang
berdaging yang termasuk dalam golongan pome yaitu merupakan anggota famili Rosaceae
dengan bagian-bagian buah yang terdiri dari
kulit (epidcarp), daging buah (mesocarp), hati (core), rongga
biji (endocarp) dan biji. Di Indonesia terdapat bermacam-macam varietas
apel, di antaranya yang paling
banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis bila dipasarkan adalah Rome Beauty dan Manalagi.
banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis bila dipasarkan adalah Rome Beauty dan Manalagi.
Apel adalah tanaman yang
berasal dari daerah subtropis. Kemudian tanaman ini mulai dibudidayakan di
daerah tropik. Di Indonesia, tanaman apel dibudidayakan di kabupaten Malang
(Batu dan Poncosumo) dan Pasuruan (Nongkojajar) Jawa Timur, Tanaman apel mulai
diusahakan petani pada tahun 1950, dan pada tahun 1960 tanaman tersebut mulai
berkembang dengan pesat. Beberapa jenis apel antara lain apel kuning, apel
merah, apel hijau, apel Fuji, Granny smith, Manalagi, Malang, Washington, Rome
Beauty, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo (Bastian, 2004). Buah Apel
mempunyai bentuk bulat sampai lonjong bagian pucuk buah berlekuk dangkal, kulit
agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan renggang, tetapi setelah tua
menjadi halus dan mengkilat seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 (Bastian,
2004)
Buah apel mempunyai umur
simpan yang relatif pendek, kurang lebih 7 hari pada suhu kamar, karena buah apel
setelah dipetik akan mengalami perubahan komposisi dan terjadi kerusakan, yang
disebabkan oleh berlanjutnya kegiatan fisiologis. Kerusakan mekanis juga dapat
terjadi misalnya pecah, kulit mudah sobek dan kerusakan
mikrobiologis seperti pembusukan oleh mikrobia. Pengolahan yang sering
dilakukan untuk buah-buahan antara lain pengeringan, perendaman dalam gula, penggaraman,
fermentasi atau dengan cara pengalengan.
Buah Apel sebenarnya lebih
dikenal sebagai buah yang dihasilkan oleh negara-negara yang mempunyai
karakteristik iklim empat musim (sub-tropis) sehingga saat awal introduksi
tanaman ini ke Indonesia oleh Belanda masih banyak yang menyangsikan
kemungkinan keberhasilan pertumbuhan buah secara maksimal. Banyak orang pada
masa itu menganggap mustahil pengusahaan tanaman Apel, yang umumnya diusahakan
pada daerah subtropis, dapat berhasil di Indonesia yang beriklim tropis.
(Khurniati, dkk. 2015)
2.2
Karakteristik
Varietas Apel
Apel (Malus sylvestris Mill)
adalah tanaman yang berasal dari daerah subtropis. Di Indonesia
beredar dua jenis apel, yaitu apel impor maupun apel lokal. Terdapat empat varietas
apel yang dikembangkan oleh petani, yaitu Manalagi, Anna, Rome beauty, dan Wangling. (Khurniyati,
dkk. 2015)
Varietas Manalagi, Rome Beauty, dan Anna
umumnya memiliki nilai pH yang cukup rendah.
Ketiga apel ini
memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dimana apel
manalagi cenderung memiliki rasa
buah yang manis,
kandungan asam yang
rendah serta kadar vitamin
C yang rendah,
sedangkan apel Rome
Beauty memiliki rasa
yang sedang antara manis dan asam seimbang, kandungan
asam yang cukup tinggi, serta apel Anna memiliki kandungan asam
yang paling tinggi,
ketiga varietas apel
tersebut memiliki kandungan vitamin C
yang berbeda dimana
vitamin C dalam
buah apel dipengaruhi
oleh kondisi penyimpanan, pertumbuhan
dan pengolahannya. Komponen
kimia didalam tanaman
apel dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara
lain perbedaan varietas,
keadaan iklim, tempat tumbuh,
dan cara pemeliharaan
tanaman, cara pemanenan,
kematangan pada waktu panen
dan kondisi penyimpanan
setelah panen. Aktivitas
antioksidan berbagai
varietas apel juga
berbeda. Senyawa fitokimia pada
apel yang berfungsi
sebagai antioksidan primer adalah
senyawa fenolik, golongan
flavonoid, turunan asam
sinamat, kumarin, tokoferol
dan asam-asam organik
polifungsional Apel juga
mengandung betakaroten. Betakaroten
memiliki aktivitas sebagai
provitamin A yang
berguna untuk menangkal serangan
radikal bebas penyebab berbagai penyakit degeneratif. Vitamin C dan vitamin A
merupakan antioksidan sekunder
. Ketiga varietas apel
memiliki kadar gula yang
berbeda, hal ini
akan mempengaruhi total
padatan terlarut, sehingga
total padatan terlarut berbagai
varietas apel menunjukkan nilai yang
berbeda, komponen-komponen yang terukur sebagai total padatan terlarut yaitu
sukrosa, gula pereduksi, asam asam organik dan protein. (Khurniyati, dkk. 2015)
2.3
Pengelolaan Pertanaman Apel
Penyempurnaan
pengelolaan pertanaman Apel dengan pengetahuan dasar sebagai berikut:
·
Varietas.
Varietas Apel yang ideal belum tersedia untuk daerah tropis dengan suhu yang
lebih tinggi, intensitas sinar matahari yang lebih rendah, dan panjang
hari yang lebih pendek dari kondisi di daerah subtropis.
Varietas yang tersedia sekarang ini dan cukup berhasil diusahakan dengan
segala kekurangannya adalah Apel Manalagi, Anna, Wangli/Lali jiwo, Princess
Noble dan Rome Beauty.
·
Ketinggian
tempat. Tanaman Apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 mdpl,
dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl. Hasil penelitian di daerah Malang
Raya menunjukkan bahwa hasil buah yang tinggi diperoleh pada ketinggian
800-1000 m dpl.
·
Iklim.
Pengalaman hasil uji coba penanaman di daerah Cipanas, Jawa Baat membawa pada kesimpulan
bahwa curah hujan yang tinggi dapat menghambat penyerbukan dan pembentukan buah
akibat kegagalan penyerbukan dari tepung sari yang basah. Curah hujan yang
ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan 110-150 hari/tahun, dan 6-7 bulan
basah (3-4 bulan kering). Tanaman Apel setiap hari
membutuhkan cahaya matahari >60% dari cahaya penuh (300 W.m-2 atau
J.m-2.s-1 = 1277 Cmol.m-2.s-1) terutama pada saat pembentukan buah. Suhu yang
sesuai berkisar antara 16-270C. Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman
Apel sekitar 75-85%.
Kecepatan angin yang cukup tinggi dapat merangsang pembungaan yang
dapat berhubungan sebagian dengan perontokan daun secara alami setelah panen
·
Tanah.
Jenis tanah yang terdapat pada daerah penanaman Apel di wilayah Malang Raya
(Andisol dan Inceptisol) pada umumnya tidak menunjukkan pengaruh yang cukup
nyata pada pertumbuhan
dan hasil buah tanaman. Jenis tanah dengan tingkat kemasaman sekitar
normal (pH 6-7), solum
dalam, bahan organik tanah tinggi, struktur remah (gembur), aerasi
baik, dan serapan air baik
(porositas tinggi) adalah yang ideal untuk pengusahaan tanaman Apel. Jarak tanam. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman Apel tergantung pada varietas khususnya arsitektur tajuk dan sistem perakaran. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 3-3.5 x 3.5 m dianjurkan untuk varietas Manalagi dan Princess Noble, dan 2-3 x 2.5-3 m untuk varietas Rome Beauty dan Anna. Populasi yang relatif tinggi biasanya mendorong pertumbuhan vegetatif yang membuat kondisi lingkungan mikro yang tidak menguntungkan seperti sebaran sinar matahari dalam tajuk tanaman yang rendah dan kelembaban tinggi yang mendorong perkembangan
penyakit.
(porositas tinggi) adalah yang ideal untuk pengusahaan tanaman Apel. Jarak tanam. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman Apel tergantung pada varietas khususnya arsitektur tajuk dan sistem perakaran. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 3-3.5 x 3.5 m dianjurkan untuk varietas Manalagi dan Princess Noble, dan 2-3 x 2.5-3 m untuk varietas Rome Beauty dan Anna. Populasi yang relatif tinggi biasanya mendorong pertumbuhan vegetatif yang membuat kondisi lingkungan mikro yang tidak menguntungkan seperti sebaran sinar matahari dalam tajuk tanaman yang rendah dan kelembaban tinggi yang mendorong perkembangan
penyakit.
·
Pemangkasan.
Pemangkasan dapat diperlukan yang ditujukan untuk membentuk arsitektur tajuk yang
ideal untuk pelengkungan dan pembentukan buah.
·
Perompesan.
Perompesan daun atau tajuk tanaman diperlukan sekitar satu bulan setelah panen untuk
meniru pengaruh musim gugur di daerah subtropis yang membawa pada pembentukan bunga
dan buah. Perompesan telah dilakukan sejak lama pada tanaman Apel di daerah
subtropis apabila cuaca kurang mendukung perontokan daun.
·
Pengairan
dan Penyiraman. Penyediaan yang cukup dan teratur sepanjang musim khususnya setelah
perompesan daun dan perkembangan buah diperlukan. Karena masa ini biasanya berlangsung
pada saat musim kemarau di wilayah Malang Raya, pengairan diperlukan dan dirancang
sedemikian sehingga tidak mengakibatkan genangan air
dan limpasan air permukaan yang tinggi.
·
Pemupukan.
Pemupukan dilakukan setelah perompesan daun untuk memenuhi kebutuhan dari pembentukan
tajuk termasuk buah akan unsur hara yang dapat tidak tersedia cukup dalam
tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 1-2 kg/pohon NPK (15-15-15) atau campuran
Urea, TSP, KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1). Pemupukan susulan dapat dilakukan pada saat
perkembangan buah (2,5-3 bulan setelah rompes)
tergantung pada tingkat pembentukan buah dengan dosis 1 kg/pohon
NPK (15-15-15) atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK ± 1 kg/pohon (1:2:1)
untuk pohon dengan buah
yang lebat. Pemupukan yang dilakukan pada musim kemarau setelah
perompesan daun harus
disertai dengan pengairan yang cukup.
·
Pelengkungan
cabang. Pelengkungan cabang diperlukan untuk menekan dominasi titik tumbuh pada
ujung cabang (apical dominance) dan merangsang pembentukan tunas lateral yang
akan menghasilkan bunga dan buah. Setelah perompesan daun, pelengkungan
cabang dilakukan dengan cara menarik ujung cabang ke arah bawah hingga cukup datar
dengan tali (plastik) yang kemudian diikatkan pada
batang atau cabang lain.
·
Penjarangan
buah. Penjarangan buah dapat diperlukan untuk pohon yang berbuah lebat untuk mendapatkan
kualitas buah yang tinggi (ukuran besar dan seragam, kulit baik dan sehat).
Buah yang tidak sehat atau normal (terserang hama penyakit dan ukurn
kecil) menjadi pilihan untuk dibuang, dan umumnya buah
yang sehat diperoleh pada tunas yang menghasilkan 3-5 buah/tunas.
·
Pembungkusan
buah. Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia (Ethrel, 2.4 D
& Paklobutrazol) yang bekangan ini tidak disukai oleh banyak konsumen yang
berhubungan dengan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Pembungkusan buah
untuk sekitar 2-3 bulan sebelum panen dengan kertas yang dibuat berlubang pada
bagian bawah pada mulanya ditujukan untuk mencegah serangan
burung dan kelelawar. Tetapi perlakuan ini tanpa disadari dapat meningkatkan
sistesis pigmen antocyanin yang menghasilkan warna buah yang merata (mulus).
Berdasarkan data-data diatas, proses pertumbuhan tanaman Apel dari masa
vegetatif hingga generatif yang menghasilkan buah-buah yang lebat memang sangat
memerlukan kondisi klim dan tanah yang khas serta mendapatkan perlakuan yang
menyerupai kondisi di kawasan subtropis.
2.4
Kandungan
pada Buah Apel
Buah apel
kaya akan kandungan
serat, fenol, dan
fitokimia. Sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 1,
Kandungan kimia buah
apel vaietas Manalagi,
Rome Beauty, dan Anna.
Tabel
1. Kandungan Kimia Apel Varietas Manalagi, Rome Beauty, dan Anna
Komponen
|
Manalagi
|
Rome Beauty
|
Anna
|
Total Gula (%)
|
8.29
|
9.79
|
11.50
|
Total Asam (%)
|
0.32
|
0.35
|
0.39
|
Mh
|
4.62
|
3.65
|
3.46
|
Vitamin C (mg/100g)
|
7.43
|
11.42
|
8.18
|
(Khurniyati, dkk.
2015)
Apel mengandung 64 kal
energi, 84 gr air, 0,3 gr protein, 0,4 gr lemak, 14,9 gr karbohidrat, 0,4 gr
mineral, 6 gr kalsium, 10 mg phosfor, 0,3 mg besi, 0,04 mg thiamine, 5 mg asam
askorbat (Oey Kam Nin, 1992).
Apel umumnya dikonsumsi
sebagai buah segar. Komponen penting pada buah apel adalah
pektin, yaitu sekitar 24%. Kandungan pektin pada buah apel terdapat pada
sekitar biji, di bawah kulit dan hati. Pektin tersebut akan membentuk gel
apabila ditambah gula pada kisaran pH tertentu. Pektin memegang peran penting
dalam pembuatan jus (sari buah), jeli, selai, dan
dodol. Buah apel (Malus sylvestris mill) selain mempunyai kandungan senyawa pektin
juga mengandung zat gizi lain.
Tabel 1 Komposisi Kimia Apel
per 100 gram
Kandungan
|
Gizi Jumlah
|
Kalori
|
58.00 kalori
|
Karbohidrat
|
14.90 gram
|
Lemak
|
0.40 gram
|
Protein
|
0.30 gram
|
Kalsium
|
6.00 mg
|
Fosfor
|
10.00 mg
|
Besi
|
0.30 mg
|
Vitamin A
|
90.00 SI
|
Vitamin B1
|
0.04 mg
|
Vitamin C
|
5.00 mg
|
Air
|
84.00%
|
2.5 Jenis Apel
a) Apel Anna
Apel varietas Anna merupakan varietas baru di Indonesia dan sempat
tumbuh subur di Malang. Di luar negeri apel Anna dikenal dengan nama apel
Jonathan. Apel Anna memiliki ciri-ciri antara lain:
·
Berwarna merah hampir di seluruh kulit apel
·
Rasa manis agak asam
Daging
buah berwarna putih kekuningan, dan berpasir. (Khurniyati,
dkk. 2015)
Tabel 2 Komposisi Kimia Apel Anna per 100 gram
Komposisi
|
Kandungan
|
Kadar air (g)
|
84.40
|
Karbohidrat (g)
|
14.90
|
Protein (g)
|
0.30
|
Lemak (g)
|
0.40
|
Vitamin A (IU)
|
900
|
Vitamin B (mg)
|
10.00
|
Vitamin C (mg)
|
4.00
|
Kalsium (mg)
|
6.00
|
Besi (mg)
|
0.30
|
Fosfor (mg)
|
10.00
|
Pektin (g)
|
9.00-15.00
|
b)
Apel Manalagi
Apel Manalagi mempunyai rasa manis walaupun masih muda dan
aromanya harum. Bentuk buahnya bulat dan kulit buahnya berpori putih. Jika
dibungkus kulit buahnya
berwarna hijau muda kekuningan, sedangkan jika dibiarkan terbuka
warnanya akan tetap
hijau. Diameter buah berkisar antara 5-7 cm dan berat 75-100
gram/buah.
Tabel 3
Komposisi Kimia Apel Manalagi per 100 gram Apel
Komposisi
|
Kandungan
|
Kadar Air (g)
|
84.05
|
Vitamin C (mg)
|
7.43
|
Kandungan asam (g)
|
0.22
|
pH cairan buah
|
4.65
|
Fruktosa (mg)
|
45.00
|
Glukosa (mg)
|
37.20
|
Sukrosa (mg)
|
45.40
|
(Hapsari, 2015)
c)
Apel
Romebeauty
Apel Romebeauty berkulit tebal, berwarna merah pudar bila terkena
sinar matahari dan tetap hijau bila terlindungi. Lekukan pada pangkal buah agak
dalam, sedangkan lekukan di ujung buah melebar dan dangkal. Bentuk bekas kelopak
bunga yang menempel
di ujung buah mendatar dengan ujung terarah kelima arah.
Dalam 100
gram apel Rome beauty terkandung pektin dalam bentuk kalsium pektat sebesar
0.56 gram.
Tabel 4
Komposisi Apel Romebeauty dalam 100 Gram
Komposisi
|
Kandungan
|
Warna merah (%)
|
45.00
|
Asam (%)
|
47.00
|
Vitamin C (mg)
|
11.42
|
Kadar air (%)
|
86.65
|
(Hapsari, 2015)
2.6
Kandungan
Quercetin pada Apel
Quercetin merupakan salah satu flavonoid
yang dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit
degeneratif dengan mencegah
proses peroksidasi lemak.
Apel merupakan buah yang
kaya kandungan quercetin,
banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, serta mudah didapatkan. Kandungan
quercetin berbeda pada
setiap buahnya, bergantung
pada varietas, proses pengolahan,
kondisi pertumbuhan, nutrisi tanaman, dan lama penyimpanan.
2.7
Kandungan
Pektin pada Buah Apel
Komponen penting pada buah apel adalah pektin,
yaitu sekitar 24%. Kandungan pektin pada buah apel terdapat pada sekitar biji,
di bawah kulit dan hati. Pektin tersebut akan membentuk gel apabila ditambah
gula pada kisaran pH tertentu. Pektin memegang peran penting dalam pembuatan
jus (sari buah), jeli, selai, dan dodol.
Buah apel (Malus sylvestris mill)selain
mempunyai kandungan senyawa pektin juga mengandung zat gizi lain, seperti
kalori 58,00 kalori per 100 gram komposisi kimia apel. Karbohidrat 14,90 gram,
lemak 0,40 gram, protein 0,30 gram, kalsium 6,00 mg, fosfor 10,00 mg, besi 0,30
mg, vitamin A 90,00 SI, vitamin B1 0,04 mg, vitamin C 5,00 mg, air 84,00%.
Pektin
(Pechtos) umumnya terdapat di
dalam dinding sel primer
tanaman, disela-sela sellulose
dan hemisellulose, dan
berfungsi sebagai perekat
antara dinding sel yang
berdekatan (middle lamella).
Pektin atau dikenal sebagai
Asam Poligalakturonat,
mengandung 3-16 % gugus
mektosil, dapat larut
dalam air, membentuk jelly dan
gula dalam suasana
asam. Senyawa penyusun Pektin,
yaitu:
a. Asam Pektat,
adalah pektin yang
tidak mengandung gugus Metil
Ester, biasanya terdapat
pada sayuran dan buah yang busuk atau yang terlalu matang Keberadaan dalam
tanarnan sebagai Kalsium
atau Magnesium Pektat
b.
Asam Pektina
(Pektin), adalah Asam Poligalakturonat, yaitu asam
yang mengandung gugus Metil Ester, dapat terikat dengan
air membentuk jelly dan gula
dalam suasana asam
c. Protopektin, adalah
komponen yang tidak
larut dalam air, dapat
dihidrolisa dan terdespersi menjadi Pektin
dan Pektinat. Hal tersebut
yang menyebabkan jaringan
buah atau sayur
menjadi empuk (lunak) saat
dimasak dengan air
panas. Beberapa jenis
buah-buahan yang mengandung pektin antara
lain jeruk, apel, mangga,
jambu biji, lobi-lobi,
nanas, mannelade dan arbei. Terdapat juga dalam akar
gentian, kulit buah,
getah dalam kayu, misal
pinus penaster.
Pektin tidak larut dalam pelarut organik, kecuali Formamide, Dimethyl Sulfoxide, Dimethyl Formide dan Gliseriol panas. Sebagaimana Polisakarida lainnya, pektin tidak mempunyai titik lebur dan akan terdekomposisi serta menghilang selama pemanasan. Sudut putar optik positifnya tinggi, yaitu suhu 230 /200C. Pektin bermanfaat bagi industri farmasi dan pengobatan. Pada industri farmasi sebagai pengganti plasma darah, pengental, zat pengelmusi dan pensuspensi. Seclangkan dibidang pengobatan antara lain untuk perbaikan otot pencernaan, menurunkan kolesterol dan trigleserida (penyebab penyakit jantung), menghentikan pendarahan internal (diminum) maupun eksternal (dikompres), juga menyerap kelebihan air dalam usus serta mengikat dan menghilangkan racun dalam usus (pada penyakit diare). Biasanya dicampur Kaolin atau antibiotik. Pada industri makanan dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, stabilizer dalam ice cream dan sari buah tertentu, pengental dan pelapis puding, serta lainnya
Pektin tidak larut dalam pelarut organik, kecuali Formamide, Dimethyl Sulfoxide, Dimethyl Formide dan Gliseriol panas. Sebagaimana Polisakarida lainnya, pektin tidak mempunyai titik lebur dan akan terdekomposisi serta menghilang selama pemanasan. Sudut putar optik positifnya tinggi, yaitu suhu 230 /200C. Pektin bermanfaat bagi industri farmasi dan pengobatan. Pada industri farmasi sebagai pengganti plasma darah, pengental, zat pengelmusi dan pensuspensi. Seclangkan dibidang pengobatan antara lain untuk perbaikan otot pencernaan, menurunkan kolesterol dan trigleserida (penyebab penyakit jantung), menghentikan pendarahan internal (diminum) maupun eksternal (dikompres), juga menyerap kelebihan air dalam usus serta mengikat dan menghilangkan racun dalam usus (pada penyakit diare). Biasanya dicampur Kaolin atau antibiotik. Pada industri makanan dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, stabilizer dalam ice cream dan sari buah tertentu, pengental dan pelapis puding, serta lainnya
2.8
Kandungan
Asam Malat pada Buah Apel
Asam malat ditemukan pada tahun 1785
oleh Carl Wilhelm Scheele pada eksperimennya dengan jus apel. Kata malat
berasal dari bahasa Latin yaitu malum yang
berarti apel. Nama
asam malat pertama
kali diusulkan pada
tahun 1789. Asam malat (malic
acid) adalah asam dikarboksilat yang memberikan rasa asam dan getir dalam
berbagai buah seperti apel hijau. Jenis
asam ini memiliki rantai senyawa
dasar yang mencakup
atom karbon terikat
dengan ikatan ganda
atom oksigen serta senyawa hidroksida. Asam malat
merupakan senyawa organik
yang memiliki rumus
kimia HO2CCH2CHOHCO2H. Zat ini
juga memainkan peran
dalam pembentukan adenosin trifosfat
(ATP).
Asam malat berguna untuk meningkatkan produksi energi dalam sel. Asam malat dapat disintesis dalam tubuh melalui siklus asam sitrat (Krebs) untuk meningkatkan metabolisme energi. Tanpa asam malat, siklus tersebut tidak dapat berjalan baik sehingga produksi energi tubuh juga akan berhenti (Muftia 2012).
Menurut penelitian Cut Fauziah, Sri Fitriyani dan Viona Diansari (2012), asam malat merupakan golongan asam karboksilat yang memiliki kemampuan memutihkan gigi dengan mengoksidasi permukaan email gigi sehingga menjadi netral dan menimbulkan efek pemutihan. Selain itu, asam malat juga membantu menjaga kebersihan mulut dan sering digunakan oleh dokter gigi untuk membersihkan enamel gigi sebelum dibor dan ditambal. Asam malat memiliki kadar keasaman atau dikenal dengan kadar pH rendah yaitu dibawah 7. (Dewi.2014)
Asam malat berguna untuk meningkatkan produksi energi dalam sel. Asam malat dapat disintesis dalam tubuh melalui siklus asam sitrat (Krebs) untuk meningkatkan metabolisme energi. Tanpa asam malat, siklus tersebut tidak dapat berjalan baik sehingga produksi energi tubuh juga akan berhenti (Muftia 2012).
Menurut penelitian Cut Fauziah, Sri Fitriyani dan Viona Diansari (2012), asam malat merupakan golongan asam karboksilat yang memiliki kemampuan memutihkan gigi dengan mengoksidasi permukaan email gigi sehingga menjadi netral dan menimbulkan efek pemutihan. Selain itu, asam malat juga membantu menjaga kebersihan mulut dan sering digunakan oleh dokter gigi untuk membersihkan enamel gigi sebelum dibor dan ditambal. Asam malat memiliki kadar keasaman atau dikenal dengan kadar pH rendah yaitu dibawah 7. (Dewi.2014)
Menurut Hasil Penelitian (Dewi.2014) Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan warna gigi dengan perendaman
ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna konsentrasi 50% selama 1
minggu dan 2 minggu pada gigi yang telah direndam larutan kopi. Hasil yang
diperoleh dari penelitian
ini menunjukkan bahwa
gigi yang telah direndam ekstrak
apel (Malus sylvestris
Mill) varietas Anna
dengan konsentrasi 50% selama 2
minggu lebih putih dibandingkan dengan gigi yang telah direndam ekstrak apel
(Malus sylvestris Mill) varietas Anna dengan konsentrasi 50% selama 1 minggu.
Apel mencegah pembentukan
plak melalui dua mekanisme, yaitu sebagai self
cleansing dari seratnya yang
membersihkan sisa plak gigi ketika kita menggigit dan mengunyahnya serta
melalui reaksi biokimiawi yang diperankan oleh katekin, yaitu senyawa
polifenol yang terkandung dalam buah dan daun apel. Katekin
menghambat pembentukan plak gigi dengan
cara menghambat reaksi glikosilasi, menghambat perlekatan bakteri Streptococcus mutans pada
permukaan gigi dan mendenaturasi protein sel bakteri sehingga bakteri Streptococcus
mutans mati. (Dewi,2011)
2.9
Kandungan
Flavonoid pada Buah Apel
Menurut
Institut Kanker Nasional
Amerika Serikat, apel
paling banyak mengandung flavonoid
dibandingkan buah lain.
Zat ini mampu menurunkan risiko terkena penyakit kanker paru-paru sampai 50%. Hasil penelitian Mayo Clinic Amerika Serikat tahun 2001 membuktikan bahwa quacertin sejenis flavonoid yang terkandung dalam
apel dapat membantu mencegah pertumbuhan
sel kanker prostat.
Kandungan pektin atau
serat larut yang dikandung
buah-buahan dan sayuran telah diteliti
dan terbukti menurunkan kadar kolesterol
dalam darah. (Dewi.2014)
2.10
Kandungan
Fitokimia pada Buah Apel
Menurut (Dewi.2014) Fitokimia merupakan
antioksidan untuk melawan
radikal bebas yang berasal
dari polusi atau
lingkungan sekitar. Zat
ini berfungsi untuk menekan jumlah kolesterol jahat (LDL)
yang menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Antioksidan
akan mencegah kerusakan
sel-sel atau jaringan pembuluh
darah. Pada saat
bersamaan, antioksidan akan meningkatkan kolesterol
baik (HDL) yang
bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung
dan pembuluh darah.
Menurut sebuah penelitian di Cornell University Amerika Serikat, zat fitokimia yang terdapat dalam kulit apel bermanfaat menghambat pertumbuhan sel kanker usus sebesar 43%. Terbukti pada sebuah studi di Finlandia tahun 1996, bahwa orang dengan pola makan mengandung fitokimia berisiko rendah untuk terkena penyakit jantung. Penelitian lain dikutip oleh the British Medical Journal mengungkapkan bahwa apel juga mencegah terjadinya stroke. Penelitian di Welsh, Inggris menunjukkan bahwa konsumsi buah apel secara teratur akan membuat paru-paru berfungsi lebih baik. Para peneliti yakin fungsi pernapasan akan lebih baik karena kandungan fitokimia dalam apel meredam efek negatif oksidan yang merusak organ tubuh.
Menurut sebuah penelitian di Cornell University Amerika Serikat, zat fitokimia yang terdapat dalam kulit apel bermanfaat menghambat pertumbuhan sel kanker usus sebesar 43%. Terbukti pada sebuah studi di Finlandia tahun 1996, bahwa orang dengan pola makan mengandung fitokimia berisiko rendah untuk terkena penyakit jantung. Penelitian lain dikutip oleh the British Medical Journal mengungkapkan bahwa apel juga mencegah terjadinya stroke. Penelitian di Welsh, Inggris menunjukkan bahwa konsumsi buah apel secara teratur akan membuat paru-paru berfungsi lebih baik. Para peneliti yakin fungsi pernapasan akan lebih baik karena kandungan fitokimia dalam apel meredam efek negatif oksidan yang merusak organ tubuh.
2.11
Kandungan
Fenol pada Buah Apel
Pada buah apel akan terjadi perubahan
warna dan penampakan buah selama masa penyimpanan. Perubahan warna terlihat
baik pada kulit buah maupun daging buah. Kulit buah secara perlahan-lahan
menjadi buram jika dibandingkan warna dan penampilan awal. Sedangkan daging
buah berubah menjadi kecoklatan sampai coklat gelap. Kulit
apel diketahui memiliki kandungan senyawa fenol yang lebih tinggi daripada
daging buah apel itu sendiri.
Selain itu,apel dengan nama lain Malus Domestica ini mengandung senyawa
antioksidan yang tinggi, senyawa fenol yang utama dalam apel adalah quarsetin, epikatekin dan prosianidin D,
senyawa ini mampu mencegah kanker. Apel juga kaya serat sehingga dapat membantu
mengontrol pergerakan usus sehingga mencegah kanker usus besar.
2.12
Nilai
pH pada Buah Apel
Varietas Manalagi, Rome Beauty, dan Anna
umumnya memiliki nilai pH yang cukup rendah. Ketiga apel ini memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dimana apel Manalagi cenderung memiliki rasa
buah yang manis, kandungan asam yang rendah serta kadar vitamin C yang rendah,
sedangkan apel Rome Beauty memiliki rasa yang sedang antara manis dan asam
seimbang, kandungan asam yang cukup tinggi, serta apel Anna memiliki kandungan
asam yang paling tinggi, ketiga varietas apel tersebut memiliki kandungan
vitamin C yang berbeda dimana vitamin C dalam buah apel dipengaruhi oleh
kondisi penyimpanan, pertumbuhan dan pengolahannya.
2.13
Grade
(Kualitas) Buah Apel
Selama ini standar mutu yang berlaku
untuk apel berdasarkan berat, ukuran dan jumlah per kilogramnya, terdiri 4 grade
yaitu Grade A = 15.90 % (3-4 buah/kg), Grade B = 45.20 % (5-7
buah/kg), Grade C = 29.60 % (8-10 buah/kg) danGrade D = 7% (11-15
buah/kg). Buah apel yang berukuran sangat kecil (krill) dan broken/cacat/rusak
tidak dimasukkan dalam kelas A sampai D namun dimasukkan ke dalam grade E.
Setiap grade dari buah apel memiliki ukuran yang berbeda beda. Grade A
memiliki ukuran paling besar dan grade D memiliki ukuran paling kecil.
Sedangkan yang rusak atau cacat dimasukkan dalam grade E. Secara umum grade
E tidak memiliki ukuran yang spesifik karena apabila grade A sampai
D rusak atau cacat dimasukkan dalam grade E. Ukuran diameter dari
masing-masing grade adalah sebagai berikut, grade A 7-8 cm, grade
B 6-7 cm, grade C 5-6 cm, dan grade D <5cm. (Sa’adah, dkk.
2015)
2.14
Antibakteri
Apel Manalagi terhadap Salmonella Thyposa
Kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai anti
bakteri yaitu tannin, flavonoid, dan pektin. Senyawa-senyawa itulah yang
berperan sebagai bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella
thyposa . adanya pertumbuhan Salmonella thyposa pada media TYC agar disebabkan
adanya kadar bahan aktif yang memiliki daya anti bakteri , yaitu tannin,
flavonoid, dan pektin kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Salmonella
thyposa . Tidak adanya pertumbuhan Salmonella thyposa pada media TYC agar
disebabkan oleh sifat bakterisid dari bahan aktif tersebut efektif untuk
membunuh Salmonella thyposa.
Flavonoid mempunyai sifat antibakteri karena mampu
bereaksi dengan DNA bakteri. Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim
glukosiltransferase yang dihasilkan oleh Salmonella thyposa . Hasil interaksi
ini menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom
dan lisosom.
Pektin berfungsi sebagai denaturan. Vitamin C pada
buah apel merupakan antioksidan yang berfungsi menigkatkan kekebalan tubuh dari
serangan radikal bebas, meningkatkan sistim imun, sehingga dapat melawan
berbagai serangan penyakit. Vitamin C berperan penting sebagai penunjang
kesembuhan melalui kemampuannya dalam mempercepat regenerasi jaringan, yaitu
dengan pembentukan kolagen pada jaringan ikat, pembentukan membran basalis dan
matriks antar sel sehingga mempercepat waktu penyembuhan.
Ekstrak buah apel manalagi terbukti dapat menghambat
pertumbuhan Salmonella thyposa berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh .
dari hasil penelitian tentang daya hambat ekstrak buah apel manalagi (Pyrus
malus I) terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa ini telah diketahui bahwa
ekstrak buah apel manalagi memiliki daya hambat erhadap pertumbuhan Salmonella
thyposa karena kandungan bahan aktif didalamnya , yaitu tannin, flavonoid,
pektin dan Vitamin C.
Kandungan alkohol berkisar 30-40 jenis
ester seperti, etil asetat dan 100 jenis karbonil seperti formaldehide dan
asetaldehide.
2.15
Reaksi
Browning
pada Buah Apel
Apel apabila dikupas, daging
buah atau umbinya akan berwarna coklat. Pencoklatan (browning) pada buah
apel terjadi akibat proses enzimatik oleh polifenol oksidase (Bastian, 2004).
Pencoklatan (browning) pada apel harus dihilangkan karena bersifat
racun. Enzim polifenol tersebut akan mudah teroksidasi dengan adanya oksigen
akan membentuk senyawa radikal orto-kuinon (Palupi, 2007). Gugus 0-kuinon
inilah yang membentuk warna coklat. Senyawa orto-kuinon tersebut sangat reaktif
dan apabila bereaksi dengan protein dapat membentuk senyawa komplek yang
melibatkan asam amino lisin sehingga ketersediaan akan menurun. Selain itu
senyawa komplek protein-polifenol tersebut sulit ditembus oleh enzim protease
sehingga daya cerna proteinnya juga rendah, sehingga secara keseluruhan dapat
dikatakan nilai gizi protein tersebut juga akan turun (Palupi, 2007).
Pencoklatan (browning) pada apel melibatkan hidroksilase dari monophenol
ke O-diphenol dan oksidasi o-diphenol menjadi O-quinon (Christiane et al.
2008) Terjadinya reaksi pencoklatan diperkirakan seperti terlihat pada Gambar
2.2 berikut ini (Ruhiye, 2003).
Gambar 2.2 Reaksi
pencoklatan (Ruhiye, 2003)
Reaksi umum gambar 2.2
menjelaskan dimana fenol dan oksigen adalah substrat dan BH2, singkatan dari
senyawa o-diphenol sebagai donor elektron (aktifitas monophenolase). Sedangkan
pada aktifitas diphenolase, BH2 tidak diperlukan karena ada o-diphenol cukup
untuk reaksi dan kedua atom dari molekul oksigen direduksi menjadi air dan pada
akhirnya O-quinon berpolimerisasi membentuk pencoklatan. (Melanti,2013)
2.16
Manfaat
pada Buah Apel
Kontribusi satu buah apel lebih dari 10 % total kebutuhan serat
sehari. Serat apel mampu menurunkan kadar kolesterol darah, mengurangi
pengerasan arteri, dan resiko penyakit jantung koroner. Serat tak larut dalam
apel berfungsi untuk mengikat kolesterol LDL dalam saluran cerna dan kemudian
menyingkirkannya dalam tubuh. Sementara itu serat larutnya akan mengurangi
produksi kolesterol LDL di hati, berfungsi sebagai pelindung yang melapisi
lender lambung serta usus terhadap kuman, toksin dan timbulnya luka (Wulansari,
2009). Buah Apel mempunyai banyak manfaat diantaranya
adalah sebagai berikut :
a.
Mengeluarkan toksin
yang ada di dalam tubuh.
b.
Menjaga kestabilan
hormon dan sistim imunitas (daya tahan tubuh).
c.
Mengurangi stres,
meningkatkan konsentrasi dan produktivitas.
d.
Memperbaiki kualitas
tidur.
e.
Mengurangi manifestasi
alergi (misalnya: gatal, asma, sinusitis).
f.
Melancarkan peredaran
darah dan sistim saraf. ( Bambang Soelarso, 1997 )
BAB IV
KESIMPULAN
- Buah apel adalah buah yang berdaging yang termasuk dalam golongan pomeyaitu merupakan anggota familiRosaceae dengan bagian-bagian buah yang terdiridari kulit (epidcarp), daging buah (mesocarp), hati (core),rongga biji (endocarp) dan biji.
- Komponen kimia didalam tanaman apel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perbedaan varietas, keadaan iklim, tempat tumbuh, dan cara pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, kematangan pada waktu panen dan kondisi penyimpanan setelah panen. Aktivitas antioksidan berbagai varietas apel juga berbeda.
- Buah apel kaya akan kandungan serat, fenol, dan fitokimia.
- Apel mengandung 64 kal energi, 84 gr air, 0,3 gr protein, 0,4 gr lemak, 14,9 gr karbohidrat, 0,4 gr mineral, 6 gr kalsium, 10 mg phosfor, 0,3 mg besi, 0,04 mg thiamine, 5 mg asam askorbat.
- Quercetin merupakan salah satu flavonoid yang dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit degeneratif dengan mencegah proses peroksidasi lemak. Apel merupakan buah yang kaya kandungan quercetin.
- Komponen penting pada buah apel adalah pektin, yaitu sekitar 24%. Kandungan pektin pada buah apel terdapat pada sekitar biji, di bawah kulit dan hati.
- Menurut Institut Kanker Nasional Amerika Serikat, apel paling banyak mengandung flavonoid dibandingkan buah lain. Zat ini mampu menurunkan risiko terkena penyakit kanker paru-paru sampai 50%.
- Fitokimia merupakan antioksidan untuk melawan radikal bebas yang berasal dari polusi atau lingkungan sekitar. Zat ini berfungsi untuk menekan jumlah kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Antioksidan akan mencegah kerusakan sel-sel atau jaringan pembuluh darah.ApelmengandungFitokimia.
- Apel mencegah pembentukan plak melalui dua mekanisme, yaitu sebagaiself cleansing dari seratnya yang membersihkan sisa plak gigi ketika kita menggigit dan mengunyahnyaserta melalui reaksi biokimiawi yang diperankan oleh katekin, yaitu senyawa polifenol yang terkandung dalam buah dan daun apel.
- Apel dengan nama lain Malus Domestica ini mengandung senyawa antioksidan yang tinggi, senyawa fenol yang utama dalam apel adalah quarsetin, epikatekin dan prosianidin D, senyawa ini mampu mencegah kanker.
- Pencoklatan (browning) pada apel harus dihilangkan karena bersifat racun. Enzim polifenol tersebut akan mudah teroksidasi dengan adanya oksigen akan membentuk senyawa radikal orto-kuinon.
- Kontribusi satu buah apel lebih dari 10 % total kebutuhan serat sehari. Serat apel mampu menurunkan kadar kolesterol darah, mengurangi pengerasan arteri, dan resiko penyakit jantung koroner.
·
DAFTAR PUSTAKA
Baskara, Medha.2010. Pohon Apel Itu Masih (Bisa) Berbuah Lebat.
Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya.Majalah Ilmiah Populer
Bakosurtanal - Ekspedisi Geografi Indonesia 2010 Jawa Timur.Hal
78-82
Dewi , Reska Ayu Puspita.2011. Engaruh Pasta Gigi Dengan Kandungan BuahApel (Pyrus Malus)
Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Program PendidikanSarjana KedokteranFakultas
KedokteranUniversitas Diponegoro.
Hakim,
Luchman dan Siswanto D.2016. Status Apel Lokal Malang Dan Strategi
Konservasinya Melalui Pengembangan Agrowisata. Biologi: Universitas Brawijaya
Malang.
Hapsari,
Yanuparinda MD dan Estiasih T.2015. Variasi Proses Dan Grade Apel (Malus Sylivestris Mill) Pada Pengolahan
Minuman Sari Buah Apel:Kajian Pustaka. Jurnal Pangan Dan Agroindustri. Vol. 3,
No. 3. Hal 939-949.
Huda, Hanifah Hasna, Grahita Aditya, Rahmawati Sri Praptiningsih.2010. EfektivitasKonsumsi Buah Apel (Pyrus Malus) Jenis FujiTerhadap
Skor Plak Gigi Dan Ph Saliva. Program Pendidikan Dokter
Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung.
Husada,
Satria dan Ir. Ratna Adil, M.T. Pengembangan Sistem Alat Ukur Kualitas Sari
Buah Apel Berdasarkan Kadar Keasaman Secara Otomatis Yang Terprogram (Perangkat
Lunak). Tehnik Elektronika: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Isyuniarto, Agus Purwadi.2007. Pengaruh Penggunaan Oksidan
Ozon Dalam Pengemas PlastikPolietilen Untuk Menyimpan Buah Apel Manalagi (Malus
Sylvestris M).Ganendra, Vol. X, No. 1:13-18
Jannata, Rabbani Hafidata, Achmad Gunadi, Tantin Ermawati.2014.Daya AntibakteriEkstrak Kulit Apel Manalagi (Malus SylvestrisMill.)
Terhadap PertumbuhanStreptococcus Mutans(Antibacterial Activity Of
Manalagi Apple Peel (Malus SylvestrisMill.) Extract On The Growth Of
Streptococcus Mutans). E-JurnalPustaka Kesehatan, Vol. 2 (No.1):23-28
Khurniyati,
Ilhami M dan Estiasih T. 2015. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat Dan Kondisi
Pasteurisasi (Suhu dan Waktu) Terhadap Karakteristik Minuman Sari Apel Berbagai
Varietas: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan Dan Agroindustri. Vol.3, No.2. Hal
523-529.
Melanti, Riska.2013. Preparasi Porous Carbon Dari
Molase Dan AplikasinyaDalam Penurunan Efek Browning Sari Buah Apel. Jurusan KimiaFakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Semarang.Semarang.
Nugraha, Raden Ahyar.2006. Efek Buah Apel (Pyrus Malus Sylvestris Mill.)Sebagai
Anti Diare Pada MencitGalur Swiss Webster.
Wulandari,
Eka dan Putranto WS. 2010. Karakteristik Stirred Yogurt Mangga (Mangifera Indica) Dan Apel (Malus Domestica) Selama Penyimpanan.
Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 10, No. 1. Hal 14-26.